Sunday, December 4, 2011

Jennifer’s Body

Film menjadi media yang paling pas untuk menyampaikan pesan lewat “metafora”, sebagai contoh film “Zombie” berhasil dalam menyampaikan metafora gerakan. “Friday the 13th” mengingatkan para orang tua terhadap kehidupan seks remaja dan film “Night of the Living” mengkisahkan tentang budaya konsumerisme.
Jennifer’s Body  barangkali menjadi metafora terhadap kehidupan remaja SMA yang sangat merusak, yang diwakili oleh  kalangan the have – dalam hal ini, Jennifer Check (Megan Fox) – dan kalangan the have-nots, yaitu Needy Lesnicky (Amanda Seyfried).
Barangkali penulis skenario film ini, Diablo Cody (pemenang Juno Oscar), bermaksud menyajikan suatu film komedi horror. Namun, nampaknya kurang begitu berhasil dieksplorasi dalam film oleh Sutradara Karyn Kusama. Namun secara keseluruhan film  Jennifer’s Body berhasil mencapai apa yang yang memang diinginkannya, dan kita dapat pergi menontonnya secara santai hingga film berakhir.
Kisahnya, Jennifer dan Needy adalah dua orang remaja yang bersahabat. Mereka berikrar selamanya bersahabat, dalam film dinyatakan dengan singkatan BFFs (Best Friend Forever) dan diucapkannya “Biffs”). Jennifer di sekolahnya adalah seorang cheerleader. Gadis pemandu sorak (cheerleader) yang selalu digoda dan ingin dikencani para pria teman pria sekolahnya, dan peran yang para gadis sebayanya memimpikannya.
Dalam film ini, pemeran Needy – yaitu Amanda Seyfried yang sebenarnya sangat cantik, telah di’make-over’ menjadi gadis sederhana tidak berpunya. Nampaknya efek tata-rias artis ini cukup berhasil! Sedangkan,  Jennifer (Megan Fox), tentu saja sungguh seorang “attractive girl”, sama antara kesehariannya dan apa yang kita lihat dalam film.
Film ini menjalin cerita tentang sisi kehidupan anak orang kaya yang serba ada yaitu Jennifer, dan di sisi lain, nampak dari namanya, Needy, adalah remaja yang hidup serba kekurangan. Perbedaan strata sosial berhasil dikontraskan satu sama lain dalam film ini.
Kedua sahabat ini suatu saat menghadiri pertunjukan/konser seorang penyanyi pria (Adam Brody) yang nampaknya diimpikan oleh Jeniffer. Suatu kebakaran terjadi di tempat pertunjukan musik, dalam upaya penyelamatan, Jennifer berhasil mengevakuasi seluruh anggota band dengan mobil Van-nya. Tanpa Needy, sehingga dia harus pulang sendirian ke rumahnya. Tetapi, kemudian, malam itu juga sahabatnya Jennifer datang kerumahnya dengan tubuh berdarah-darah, memar, kelaparan dan terlihat mengenaskan. Dalam scene ini tidak ada penjelasan yang baik, apa yang telah terjadi ? Malah, hari berikutnya Jennifer yang kembali masuk sekolah masih terlihat cantik dan lincah seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya.
Singkat cerita, film ini ingin menyampaikan pesan bahwa remaja pria SMA bisa saja tergila-gila dengan teman-teman wanitanya, meskipun tidak berpunya, tentu Needy seharusnya bisa mengambil kesempatan untuk berkencan atau berteman dengan para pria sebayanya ini. Kecantikan, yang ada pada Jennifer sebenarnya hanya nampak di permukaan saja, tetapi hati atau apa yang di dalam dirinya belum tentu cantik seperti penampilannya. Pesan moral yang sudah sering kita dengar.
Sekalipun jalinan ceritanya “biasa” saja, namun cara menulis Diablo Cody cukup unik, dalam skenario film dia berhasil membangun dialog bergaya remaya (Amrik tentunya) yang renyah dan gaul. Ini salah satu kekuatannya dalam membangun plot cerita.

No comments:

Post a Comment